Ribuan suporter sepakbola kemarin membanjiri kawasan Malang Raya yang dipusatkan di kompleks Stadion Gajayana Malang dan Mal Olympic Garden (MOG) dalam rangka acara Silaturahmi Suporter Indonesia Damai ke 2. Pada acara tersebut hadir perwakilan suporter dari seluruh penjuru tanah air, mulai dari Aceh hingga Papua. Rangkaian acara Indonesia Damai dimulai dengan Apel Akbar Gerakan Anti Narkotika di Stadion Gajayana, dilanjutkan dengan Konvoi Aremania, Dialog Suporter, Bazar, Gelar Tinju Amatir dan Profesional, Fun Soccer, dan Festival Band Suporter.
Sayangnya, dua tokoh teras yang diagendakan menghadiri acara Silaturahmi Indonesia Damai 2 berhalangan hadir, yaitu Kapolri Bambang Hendarso dan Menegpora Adhyaksa Dault. Sebagai narasumber adalah Haruna Sumitro (Ketua Pengda PSSI Jatim), Sudrajat dan Wafid Muharam (perwakilan Menegpora dan Mendagri), Peni Suparto (Walikota Malang), Sujud Pribadi (Bupati Malang), dan Anto Baret (tokoh Aremania).
Dalam dialog kurang lebih satu jam di Hall Lantai 3 Mal Olympic Garden (MOG) tersebut, banyak dibahas masalah pendanaan sepakbola Indonesia serta menyoroti kinerja wasit yang akhir-akhir ini kerap memicu terjadinya kekerasan dan kerusuhan di sepakbola nasional. Walikota Malang Peni Suparto mengharapkan APBD kembali dikucurkan untuk menghidupi sepakbola karena menurutnya sepakbola merupakan olahraga rakyat. Hal senada juga diungkapkan hampir sebagian audiens (suporter) yang ikut berdialog, seperti Imron dari YSS Bonek, perwakilan Gengster Jember, dan Semen Padang.
Ketua Pengda PSSI Jatim, Haruna Sumitro, menyoroti masalah wasit hingga isu suap yang kerap melanda korps baju hitam tersebut. Terkait pendanaan, Haruna Sumitro juga mengharapkan pemerintah merevisi Permendagri agar dana APBD bisa kembali digunakan untuk sepakbola, dimana menurutnya saat ini mayoritas klub plat merah terlilit masalah finansial.
Pendapat berbeda dikemukakan Ovan Tobing, bukan atas nama Aremania, melainkan suporter Indonesia. OT -sapaan akrabnya- mereview kembali mengapa Liga Super Indonesia bergulir atas lisensi dari AFC sebagai kepanjangtanganan FIFA, hal tersebut dikarenakan visi misi AFC ke depan untuk menjadikan sepakbola sebagai sebuah industri yang dibangun atas dasar profesionalisme. Selama klub-klub masih menggantungkan diri kepada dana pemerintah, maka profesionalisme akan sulit dibentuk, begitu juga dengan sepakbola industri.
Sudrajat dari perwakilan Menegpora berjanji akan membawa persoalan pendanaan dan hasil pembicaraan dari dialog tersebut langsung ke Menegpora. Sudrajat juga menjelaskan Menegpora memberikan perhatian yang besar bagi sepakbola, namun pemerintah juga mengalokasikan dana untuk cabang olahrag yang lain, meliputi lebih dari 100 cabang olahraga. Pada sore hari, di Stadion Gajayana hadir pula manajer Persebaya Surabaya, Indah Kurnia dan pelatih Persema Malang, Subangkit.
Beberapa kelompok suporter yang hadir diantaranya adalah: Aremania dan Ngalamania sebagai tuan rumah, Gengster (Persid Jember), The Lassak (Persekabpas Pasuruan), YSS Bonek (Persebaya Surabaya), Jinggomania (Persipro Probolinggo), YSB Blitar (PSBI Blitar), Benteng Viola (Persita Tangerang), Ultras Gresik (Gresik United), Deltamania (Deltras Sidoarjo), Banaspati, Persipon Pontianak, Kabomania (Persikabo Bogor), Slemania (PSS Sleman), Persiku Kudus, Pasoepati (Persis Solo), Paner Biru (PSIS Semarang), Persim Maros, Paserbumi (Persiba Bantul), Singo Lodro, Balafans Lampung, Persigo Gorontalo, Semen Padang, Laros Banyuwangi (Persewangi), Pusamania, PFC Balikpapan, Balistik, Persipur Purwodadi, Jakmania (Persija).
Pada akhir acara dialog, Anto Baret memimpin pembacaan Ikrar Suporter Damai Indonesia yang diikuti oleh seluruh undangan suporter yang hadir.
Kami suporter Indonesia,
menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, anti rasialis dan anti anarkis.
Kami suporter Idonesia,
bersatu, bersama, bersaudara, dengan semangat satu jiwa
Kami suporter Indonesia,
siap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar